Sabtu, 06 Desember 2008

Mengenal Perkumpulan Sinomang

Budaya Menabung Untuk Kematian

Kematian adalah hak. Sebab itu, setiap yang hidup pasti akan mengalami kematian. Karenanya, sebagian orang sudah mempersiapkan dengan matang, termasuk prosesi hingga memasuki liang lahat.

Hari sudah beranjak sore. Waktu menunjukkan pukul 16.00 wita. Belasan masyarakat juga baru saja meninggalkan Mesjid usai menunaikan shalat Ashar Berjamaah. Termasuk Dg Labbang imam dusun Biringkaloro Desa Tetebatu Kecamatan Pallangga.

Tapi laki-laki paruh baya itu tidak lantas pulang ke rumah. Disusurinya jalanan kampung berbahan aspal pecah-pecah sambil berjalan kaki memasuki rumah warga satu-persatu.

Rupanya hari itu, jadwal untuk menarik iuran "kematian" dari masyarakat yang masuk dalam keanggotaan Sinomang. Sesuai kesepakatan bersama, setiap orang dikenakan pungutan wajib yang cukup kecil hanya Rp1500 perbulan.

Pungutan itu kelak digunakan untuk membantu jika ada salah satu diantara mereka yang menghembuskan nafas terakhir lebih dahulu. "Uang ini akan dipakai membeli kain kafan dan semua jenis perlengkapannya mayat secara Islam hingga ke liang kubur,"ungkap Dg Labbang.

Tidak jelas kapan tradisi ini mulai berakar. Hanya saja, kebiasaan tersebut sudah berlangsung sejak jaman orang-orang tua dahulu. Apalagi tradisi ini terbukti cukup efektif membantu warga yang kurang mampu.

"Selain sebagai bentuk solidaritas sesama warga, keluarga yang ditinggalpun sudah tidak mengalami kesulitan dalam hal pembiayaan kematian karena semua ditanggung oleh kelompok sinomang,"jelasnya.

Menurut Sari Bulan salah satu warga Bontomarannu, Sinomang dapat diartikan sebagai donasi kematian. Bentuk penyerahannya kepada keluarga yang ditinggalkan bisa beragam. Ada yang berbentuk uang tunai kepada keluarga berduka seperti di wilayahnya, adapula yang langsung berupa perlengkapan mayat. "Tergantung kebiasaan daerah masing-masing, yang jelas intinya saling membantu warga,"paparnya.

Makanya lanjut Sari, tidak mengherankan jika sampai tradisi menabung untuk kematian semacam ini masih berkembang subur di tengah-tengah masyarakat. Bahkan jika disuatu daerah ada perkumpulan sinomang tak satupun warga yang tidak termasuk dalam perkumpulan itu.(herni amir)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com