Kamis, 25 Desember 2008

Hujan dan Liputan

tik..tik..tik...
Hujan turun
Seminggu sudah butiran-butiran air dari langit itu mengguyur tanah tempat aku berpijak, nyaris tanpa jeda.
Pagi, siang, sore, malam, tengah malam, sampai pagi kembali lagi.
Bunyiannya, angin yang menyertai, disertai kilatan dan gemuruh guntur sesekali, menyatu sempurna membentuk suasana musim yang mengesankan.

Bukannya tidak suka. Aku selalu bisa menikmati hujan yang menari lincah dari balik jendela. Ditambah mekar aneka rose, masamba, dan melati diteras rumahku yang mungil. Pemandangan sederhana yang menyaji eksotisme dimata biasaku. I'd love it. sungguh.
---
Jam dinding menunjukkan pukul 10.00 wita. Pagi ini, butiran-butiran itu melemah. Gerimis mengundang ?? Apakah siklus awan kali ini bersenandung malaysia ??? (he..he..ngaco). Aku bernafas lega. Kondisi ini jauh lebih mendukung aktivitas liputan. Aku memang penikmat hujan. Tapi itu dari balik jendela. Bukan penikmat hujan di jalan bebas. Membayangkan badan berselimut mantel menerjang hujan deras??? Merasakan dentuman-dentumannya???wuih....

Bersenandung kecil kutinggalkan rumah. melintasi rute yang sama. Kecuali sabtu dan minggu tentu saja. libur..liburrr. Dan itu artinya, "mall i'm coming".



Dari rute tempuhku (berasa jauh skalle perjalanan ya..) ini bagian favoritku. Melihat petani turun ke sawah. Bukan untuk menikmati tekuran kaki mereka dalam lumpur, atau bungkukan badan menanam bibit yang disemai. Yang aku tahu disana ada pengharapan hidup bersama batangan padi yang akan tumbuh memberi pemandangan hijau dalam perjalananku hingga beberapa bulan kedepan.

Masih teringat. Semasa kecil, di musim tanam seperti ini, dengan senang hati aku memanjat tembok belakang rumah. Kaki-kaki kecilku bertumpu diatas pohon serikaya lalu dengan lincahnya menjejakkan diri di atas dinding setinggi tiga meter.

Duduk manis, makan jambu kelutuk, aku menunggui petani naik ke atas bajak tradisional mereka yang terbuat dari kayu dengan sapi sebagai penggerak

Sayangnya bajak serupa itu jarang lagi ditemui. Atas nama kemajuan teknologi, efisien dan efektivitas pekerjaan, alat ini tergeser dengan traktor-traktor mesin.



Selanjutnya tiba di Genangan-genangan air yang memenuhi badan jalan hampir sepanjang 30 meter. Padahal baru enam bulan lalu jalan ini ditambal menggunakan lapen. Itu, aspal tempelan yang lebih banyak unsur kerikilnya dari pada aspalnya. Jadinya hanya mampu bertahan dua minggu. Jadilah jalan bocor hingga kedalaman 25 cm. Parahnya lagi, bocornya tidak merata. Ini lebih membahayakan lagi. Kalau tidak hati-hati ban bisa ta'leppos alias tergelincir. Apalagi kalau malam. Payah!!!

sungai

ini sungai je'neberang yang membelah kota Sungguminasa. Je'neberang mengalir dari kaki gunung Bawakaraeng sekitar 120 km dari sungguminasa.Dua jembatan besar yang berdiri diatasnya. Namanya jembatan kambarra. Musim penghujan tiba, debit dan ketinggian air tentu saja meninggi.
Sungai di tengah kota??? Luar biasa kan? sayangnya pasca longsoran bawakaraeng, sungai je'neberang tidak pernah lagi menampakkan kebeningan aslinya.
Hujan tiba, keruhnya minta ampun. Kemarau tiba warnanya hijau abis.
Namun demikian, sungai ini tidak pernah kering, mengalir jauh hingga ke Makassar dan empat kabupaten lainnya dengan bersalin nama sesuai daerah masing-masing.

(sungguminasa 22 des 08)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com