Kamis, 11 Desember 2008

Balla Lompoa



Balla Lompoa berdiri diatas lahan seluas 2 hektare tepat di jantung kota sungguminasa ibu kota kab Gowa. Meski dikelilingi bangunan berarsitektur modern, salah satu artefak kerajaan Gowa itu tetap memancarkan aura kemegahan masa lalu.

Meski kini berubah wajah menjadi sebuah museum, kondisi Balla Lompoa tetap saja sepi. Daun-daun kering berserakan disana-sini, begitupula dengan sampah plastik bekas pembungkus kerupuk. Hanya saja, menyusuri keheningannya, tetap saja mengundang khidmat dan hormat yang dalam.

Balla Lompoa memiliki panjang 52 meter dan lebar 20 meter. Balla Lompoa yang berarti rumah kebesaran didirikan tahun 1936, masa pemerintahan Raja Gowa ke 35 I Mangngi-Mangngi Dg Matutu Karaeng Bontonompo bergelar Sultan Mahmud Tahir Mahibuddin.

Hanya dua raja yang pernah menempati istana ini. Setelahkematian Raja Gowa ke 35, pemegang tahta selanjutnya A Idjo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Kadir Aidir yang kemudian diangkat menjadi bupati pertama akibat peralihan sistem pemerintahan dari swapraja ke swatantra.

Ditempat ini masih menyimpan berbagai benda pusaka kerajaan Gowa yang sebagaian besar terbuat dari emas. Siapa sangka replika Balla Lompoa akan melanglang hingga Afrika Selatan di Kampoong Macassar yang sekaligus akan dijadikan perpustakaan Syekh Yusuf ulama besar, pengarang sekaligus satria dari butta bersejarah tanah julukan Kab Gowa.
Ini untuk mengetahui lebih dalam siapa sebenarnya pahlawan pembebesan rasial bagi negara Nelson Mandela itu termasuk latar budayanya.

Jika masyarakat luar memiliki apresiasi setinggi itu terhadap budaya kita, bagaimana dengan kita yang sesungguhyna adalah pemilik dan pewaris? (herni amir)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com