Sabtu, 06 Desember 2008

8 Kebohongan Ibu Dalam Hidupnya

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Mungkin ada yang belum pernah baca..

Silahkan direnungkan. ...

hasil Repost dari sebelah...

------------ --------- --------- --------- --------- --------- -

Dalam kehidupan kita
sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia
terpuruk dalam penderitaan yang mendalam,
tetapi kisah ini justru sebaliknya.

Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini
justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat
sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling
indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
saja, seringkali kekurangan.
Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil
memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah
nak, aku tidak lapar"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan
waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu
berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan
bergizi untuk petumbuhan.
Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.

Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping ku dan memakan
sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas
sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati
juga tersentuh, lalu menggunakan sendokku dan memberikannya kepada
ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak,
aku tidak suka makan ikan"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah adik dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup.

Di kala musim hujan tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu
masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan
pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah,
udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan
berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku
pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari,
ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai.

Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan
dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayangyang jauh lebih kental.

Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah
nak, aku tidak haus!"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita
pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan.

Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang
baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik
masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah
melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati
ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak
mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"

----------KEBOHONGA N IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan adikku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kakakku dan adikku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan
sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu
bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik
uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"

----------KEBOHONGA N IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
di perusahaan itu.

Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk
menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak
mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"

----------KEBOHONGA N IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker
lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk
ibunda tercinta.

Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak
kaku karena sakit yang ditahannya.

Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku
sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku
sambil berlinang airmata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku
dalam kondisi seperti ini.

Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, Aku
tidak kesakitan"

----------KEBOHONGA N IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "

Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon
ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk
berbincang dengan ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan suami, istri, anak kita, kita pasti lebih
peduli dengan mereka.
Buktinya, kita selalu cemas akan kabar mereka, cemas apakah dia sudah
makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita
sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita
renungkan kembali

lagi........ ......

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu
kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di
kemudian hari.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com