Sabtu, 06 Desember 2008

Komunitas An-Nadzir di Mawang



Menentukan Waktu Shalat Berdasarkan Bayangan Benda

Cirinya mudah dikenali. Penampilan serba hitam bagi kaum lelaki dipadu sorban yang melilit pada kepala dan berambut pirang sebahu serta cadar bagi sebagian kaum perempuan.Itulah jamaah An-Nadzir sebuah komunitas Islam yang telah eksis sejak tahun 1998 di Kab Gowa.

Sederhana dan penuh ketenangan itulah kesan mula ketika menginjakkan kaki di perkampungan An-Nadzir di tepi danau Mawang di kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kab Gowa. Pondok bambu sebagai tempat bermukim tertata rapi.

Di perkampungan ini hidup sekitar 140 kepala keluarga (KK) atau sekitar 800 orang dari latar belakang profesi berbeda. Sebagian adalah petani, sebagian lagi pegawai negeri sipil, pegawai swasta, polisi dan tentara. Untuk kehidupan sehari-hari mereka lebih banyak ditopang dari hasil menggarap lahan tidur seluas delapan hektare dengan mengembangkan potensi yang ada.

Lahan yang kosong disulap menjadi tambak ikan air tawar seperti nila dan mas serta lahan pertanian dengan menanami padi dan sayur-sayuran. Tidak berapa lama pengembangan itu berhasil dilakukan. Maklum saja, mereka ini adalah petani-petani tangguh yang memiliki dasar pertanian yang kuat. Selain itu ada beberapa diantara Jama'ah merupakan sarjana pertanian dan perikanan.

Oleh masyarakat sekitar Jama'ah An-Nadzir lebih dikenal dengan komunitas danau mawang. Maklum saja karena pusat komunitas ini memang berada di sekitar Danau Mawang. Meski demikian, jamaah ini merupakan satu kesatuan dengan jamaah An-Nadzir laiinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Seperti di Sumatera yakni di medan, Batubara, Palembang, Riau, Dumai, dan Batam. Sementara di Kalimantan ada di Pekanbaru. "Khusus di Sulsel ada yang di Palopo, tapi memang berpusat di Mawang," ungkap ustad Lukman penanggung jawab An-Nadzir Sulsel kepada SINDO.

Menurut Ustad Lukman, An-Nadzir sendiri diambil dari bahasa Qur'an yang berarti pemberi peringatan. Peringatan bagi orang-orang An-Nadzir sendiri agar mereka takut dan malu kepada Allah SWT. Sebagai wujud ketakutan itu, dengan menegakkan hukum Allah SWT dan sunnah Rasul kepada dirinya. Sehingga kaum An-Nadzir akan merasa malu jika melakukan perbuatan yang menentang Allah SWT dan Rasul-Nya. "Sebab Allah SWT selalu ada dimanapun kami berada,"katanya.

Pemberi peringatan juga ditujukan kepada orang-orang di luar An-Nadzir agar mereka kembali membuka kitab Alqur'an dan hadist yang selama ini dibaca untuk ditegakkan sehingga dapat menjadi bahan renungan untuk menyukmai kembali perjalanan Islam sejak zaman Rasul hingga saat ini. "Renungan ini penting untuk melihat apakah sudah terjadi pelencengan atau perubahan yang dilakukan manusia,"paparnya.

Selain penampilan fisik, yang berbeda dari Jamaah ini adalah tatacara penentuan waktu shalat. Soal penentuan waktu shalat ini, Ustad Lukman mengatakan jamaah An-Nadzir berpedoman pada tatacara Rasul dengan melihat bayangan benda seperti yang diriwatkan ketika Rasul tengah diajarkan oelh malaikan Jibril.

Satu bayangan benda untuk satu dhuhur (4 rakaat), dua bayangan benda untuk ashar (4 rakaat), maghrib ketika mega-mega di utara selatan dan timur sudah turun dan yang tersisa kemerahan di ufuk barat. Ketika ada garis putih melintang Nabi diajarkan shalat isya atau dua pertiga malam dan subuh ketika fajar siddiq muncul.

Karena dhuhur dilakukan diakhir waktu ashar diawal, maghrib diawal dan isya diakhir, maka jamaah An-Nadzir shalat sekitar pukul 16.00 wita. Sementara Ashar diawal waktu sekitar pukul 16.30 wita. Maghrib pukul 19.00 Wita dan Isya pukul 03.00 wita dan selambatnya pukul 04.00 Wita.
"Kesannya seperti satu waktu, tapi sesungguhnya tidak karena waktu shalat itu tetap pada posisi waktu masing-masing,"terang ustad Lukman.

Hal inipun pernah ditanyakan oleh sahabat Rasul. Ketika Rasul ditanya seperti itu, Rasul menjawab "Aku tidak ingin memberatkan ummatku", sehingga nabi melaksanakan tatacara shalat seperti itu. "Karena kami merasa tidak berat maka kami juga melakukan hal yang dicintohkan Rasul,"tukasnya.

Kemudian dipertegas dalam Surah Huud ayat 114 yang berbunyi "Dirikanlah salat pada kedua tepi siang (pagi dan petang), dan pada bagian permulaan malam" dan pada surah Al Israa ayat 78, "Dirikanlah salat pada waktu siang (dhuhur dan ashar), permulaan malam (magrib dan isya), serta salat subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan malaikat".(herni amir)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com