Selasa, 27 Maret 2012

Sitobo Lalang Lipa Pentas di Srilangka

Colombo International Theather Festival (CITF) 2012

Ketika jalan untuk menegakkan kehormatan tidak menemui titik temu, maka duel sampai mati menjadi jalan terakhir penyelesaian sengketa

Inilah inti cerita yang akan dipentaskan oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni dan Budaya Talas yang mewakili Indonesia pada ajang Colombo International Theather Festival (CITF) 2012, di Kolombus, Sri Langka.

Cerita bertajuk Sitobo Lalang Lipa and The Other Stories diangkat dari prinsip masyarakat Sulawesi Selatan Siri’na Pacce yang kemudian di aplikasikan dalam hukum adat oleh masyarakat Bugis Makassar yakni sitobo lalang lipa (saling tikam di dalam sarung).

Dalam cerita berdurasi 40 menit ini, lipa dipersepsikan sebagi lini. Segala persoalan akan diselesaikan hanya dalam sarung, meski nyawa taruhannya. Akan tetapi sesudahnya, masing-masing pihak yang bertikai tidak boleh lagi menyimpan dendam dan menganggap perkara sudah selesai.

“secara harfiah memang ini duel di dalam sarung, tetapi secara filosofis ini adalah bentuk penyelesaian perkara yang dianut masyarakat bugis Makassar dulu,”ungkap Sutradara sekaligus penulis naskah Dhodil Kakilangit saat melakukan jumpa pers di Unismuh kemarin.

Cerita ini, berkisah tentang percintaan dua sejoli dengan perbedaan strata social. Tokoh utama dalam lakon ini adalah anak seorang Raja, Karaeng Saleng To Marubayya yang menjalin asmara dengan gadis dari golongan ata (pelayan) Rannu.

Konflik mulai terjadi ketika Rannu akhirnya hamil di luar nikah lalu Karaeng Saleng menolak untuk bertanggung jawab. Merasa dendam kakak lelaki Rannu, Kulle akhirnya memikat hati saudara perempuan Karaeng Saleng, Andi Basse sampai akhirnya mereka memutuskan untuk Silariang.

Dari kejadian-kejadian inilah, akhirnya konflik kian meruncing. Karena tidak ada titik temu, Karaeng saleng dan Kulle akhirnya menyelesaikan segala perselisihan dengan duel dalam sarung hingga salah satu pihak meregang nyawa.

Untuk memudahkan penononton mengikuti alur cerita, pentas ini kemudian dikemas dalam bentuk dance theater dengan lebih mengedepankan kekuatan gesture tubuh dan musik. Bentuk ini diyakini lebih mampu menyampaikan pesan kepada penonton.

“Penonton kita berasal dari berbagai Negara. Karena musik dan gerak tubuh adalah bahasa universal yang paling mudah dipahami, maka untuk pertunjukan Kolombo, kami mengubah dari bentuk realis theater menjadi dance theater,”katanya.

Selain Talas dari Unismuh sebagai wakil dari Indonesia, Colombo International Theather Festival juga akan dimeriahkan oleh 10 peserta lainnya yang berasal dari delapan Negara seperti Iran, Mumbai, Pakistan, India, Ustralia, Germany, Chennai, dan Pune.

“Ini tentu sebuah kebanggan bagi kami. Kami bisa ikut berpartisipasi setelah melewati kualifikasi oleh tim panitia yang diikuti 8o Negara peserta,”ungkap Pembina UKM Seni dan Budaya Talas Muh Thahir M.

Dan tidak hanya pementasan theater saja yang akan mereka lakukan selama di Colombo. Akan tetapi rombongan juga akan berpartisipasi penuh dalam Indonesian Day dengan tema South Sulawesi In Colombo dengan membawa kuliner khas Makassar Coto Makassar, Dange, Pallumara, Konro, Barongko, Pisang Epe, Pallubutung dan lain-lain.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com