Jumat, 14 Agustus 2009

Kisruh Lahan tebu, Darah Kembali Tertumpah


Mendung Kembali Menggelayut. Kali jauh lebih kelam dari sebelumnya. Lahan tebu itu lagi-lagi menjadi saksi pertumpahan darah tanah diatasnya. Korbanberjatuhan dari pihak sipil dan aparat. Meski beitu korban terbanyak pasti datang dari warga. Satu kena luka tembak tembus pada pinggang kiri, satu tembus betis, satu pada mata kaki. Yang lain kena serempetan. Meski terbilang tidak parah, tapi pelipis warga sempatberdarah.

Miris menyaksikan peristiwa seperti ini. Apalagi korban-korban penembakan ada di depan mata. Diangkut, berlalu, kemudian samar-samar hilang dari pandangan mata. Di lapangan selain harus menghimpun kronologis kejadian, tentu saja harus menghimpun korban yang berjatuhan. Termasuk dari aparat yang mengalami cacat karena giginya jatuh empat biji terkena lemparan batu massa. Kapolsek salah satu di takalar itu tidak sadarkan diri sampai akhirnya dirujuk ke Makassar.

Wartawan Metro TV, Agus juga jadi korban. Kameranya dirampas, muka perut dan punggung di tonjok bahkan dia dinjak-injak oleh belasan karyawan PT PN XIV sebagai pengelola lahan yang ditunjuk pemerintah.

Saya masih ingat pertamakali menginjakkan kaki di lahan ini setahun lalu. Waktu itu tembakan peringatan tiga kali menyambut kedatangan saya yang bergabung dengan massa di bawah pohon mangga.

Lahan tebu memang sudah menjadi sengketa sejak beberapa tahun terakhir ini. Bukan hanya udara di tanah ini yang panas, tapi suasana hati orang-orangnya juga terus membara. Apakah akan terus ada pertumpahan darah???

Untuk seorang jurnalis, liputan seperti ini memang menjadi liputan berkualitas. Menambah deretan panjang pengalaman di lapangan. Tempat di halaman satu terbuka lebar. Tidak terkira bagaiman adrenalin terpacu di lapangan. Tidak terkira capeknya bolak-balik lahan tebu. Tidak terkira pula ketika mengungkap fakta sebanyak-banyaknya menjadi kepuasan tersendiri yang tak terbayar.

Meski kekecewaan timbul juga karena ternyata penempatannya tidak se eksklusif koran tetangga. Sayang…

Kata Gossen, kesenangan yangberulang-ulang akanmenjadi sesuatu yang biasa tanpa keistimewaan. Kekerasan yang berulang-ulang akankah juga menjadi sesuatu yang biasa?? Jangan hilangkan empaty dan simpati saya kepada sesama manusia Tuhan.

Takalar, Agustus 2009

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com