Minggu, 13 September 2009

Pria atau wanitakah:Yudhistira Ardy

Salah seorang sahabat dunia maya bertanya penuh selidik, “Mengapa Tuhan menggunakan atribut-atribut maskulin dalam mensifati-Nya serta dalam Firman-firman yang dituliskan.” Sahabat yang lain, tidak kalah kritis. Dengan tegas dia bersikap bahwa karena penggambaran surga sangat maskulin oriented (seperti dianugerahi bidadari), maka dia sangat tidak tertarik dengan kenikmatan surga. Kalaulah dia berbuat baik, semata-mata karena takut akan gambaran neraka yang sangat mengerikan. Bahkan nama bagian Kitab Suci yang dengan tegas feminim pun, tidak cukup menghibur kegundahan akibat nuansa maskulin yang katanya mendominasi.

Apakah dominasi nuansa ke-lelaki-an pada banyak agama-agama besar, menyudutkan kaum wanita? Bagaimana pendapat Anda, wahai buah hati para nabi serta pasangan-pasangan abadi suami-suami terbaik?

---

Ada pendapat mashur yang mengatakan bahwa sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang mulia. Hakikat apa yang tersembunyi dalam pendapat itu, semoga tetaplah menjadi misteri abadi kebudayaan manusia. Yang pasti, wanita adalah simbol dan kenyataan tentang keindahan ciptaan-Nya, sehingga menarik hasrat busuk industri untuk mengeksploitasinya. Lihatlah kontes-kontes ratu kecantikan dunia, regional, negara, propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, atau desa. Bahkan Karang Taruna salah satu RW di Bandung, mengadakan kontes ratu kecantikan tingkat RW pada peringatan 17 Agutus tahun 2009. Ampuni kami Ya Allah.

Jangan berdalih bahwa kecantikan luar-dalam yang dinilai, karena tidak pernah ada dalam sejarah kontes ratu kecantikan, seorang wanita sumbing menjadi pemenangnya, walau semenarik apa kualitas inner-beauty-nya. Berhentilah berkilah panjang lebar tentang absurd-nya definisi pornografi pada RUU, karena kulit yang belang penuh goresan luka tidak pernah dapat terpilih menjadi model majalah pemuas birahi. Untuk kepentingan kapitalisme hiburan dan iklanlah, keindahan wanita idkomersialisasi dan dipublikasikan.

Maaf, inner-beauty itu bukan keindahan, melainkan kemuliaan! Itulah sebabnya seorang pria dapat memiliki inner-beauty juga. Kemuliaan memang dapat dirasakan indah oleh jiwa. Tapi kemuliaan tidak dapat dilihat indah oleh indera mata. Apakah bagi Anda, sudah cukup jelas perbedaan antara keindahan dengan kemuliaan?

---

Pria sangat tertarik dengan keindahan. Wanita juga menyukai keindahan. Pria menikmati keindahan, sedangkan wanita menikmati jadi keindahan itu sendiri. Pria ingin memiliki keindahan yang memang tidak melekat pada dirinya. Wanita menginginkan keindahan itu adalah dirinya sendiri. Pria sangat merindukan kenikmatan surgawi yang indah, sementara wanita ingin menjadi kenikmatan surgawi itu sendiri. Mungkin, bagi wanita bukan keindahan surga yang menarik hatinya melainkan menjadi bagian utama dari keindahan surga itulah yang dicita-citakannya.

Jadi, mungkin kurang tepat sudut pandang yang mengatakan bahwa kelak akan ada bidadara (makhluk sangat indah berjenis kelamin pria) di surga bagi para wanita baik yang belum sempat bertemu dengan belahan jiwanya di dunia. Wanita bukan pesaing pria. Pria bukan pula pesaing wanita. Karena pria tidak bersaing dengan wanita, maka menjadi sangat tidak perlu ada gambaran surga feminim oriented. Karena tidak ada persaingan, maka tidak perlu ada kecemburuan atas nuansa maskulin pada tanda (sign) dan petunjuk-Nya.

Wanita adalah belahan jiwa pria. Pria adalah belahan jiwa wanita. Dimana ada pria, disana ada wanita. Lestarinya keberadaan manusia merupakan bukti tak terbantahkan akan peran yang saling melengkapi, bukan kompetisi, antara wanita dengan pria. Hanya karena Anda mencari nafkah di malam hari, tidak berarti Anda harus membenci siang hari.

Menjadi pria atau wanita, sama berkahnya. Mengapa masih bertanya?

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com