Senin, 01 Februari 2010

JEMARI ISTRI

PEREMPUAN yang saya sebutkan ini entah istri siapa, ibu dari anak-anak siapa. Ia melompat gegas dari tempat tidur ketika masih pagi buta. Sepasang matanya masih berat untuk dibuka lantaran kantuk. Ia pun melakukan hal ini: membangunkan suami dan anak-anaknya untuk salat.

Usai salat ia berdoa agar keluarganya dilindungi, diberi curahan rahmat, kesehatan, kebaikan, kecukupan, dan anak-anak yang tumbuh dalam limpahan kasih-sayang, menjadi anak saleh, berbakti kepada orang tua, bangsa, negara, serta menegakkan agamanya.

Setelah itu sang suami biasanya melanjutkan tidur. Perempuan tadi melangkah ke dapur, menyiapkan sarapan, di sela waktu itu ia memandikan anaknya yang masih kecil, mendandani, mempersiapkan keperluan sekolah, dan seterusnya.

Terkadang ia mengantar anaknya ke sekolah, balik ke rumah, menyambut suaminya yang baru terbangun dengan senyum. Sang suami meraih koran diselingi sesekali menyeruput teh hangat.

Perempuan tadi melanjutkan rutinitasnya -- ke pekarangan menyiram kembang sembari memikirkan hidangan untuk anak-anaknya sebentar siang. Juga bersiap-siap berangkat ke tempat kerja.

Dari tempat kerja, pada jam istrirahat, perempuan itu menelepon, mengecek keadaan putra-putrinya yang sudah pulang sekolah, menanyakan satu-dua hal kemudian melanjutkan rutinitasnya.

Malam hari, kesibukannya tidak berkurang, bahkan ketika semua lampu di rumah sudah dipadamkan. Ia kembali mempersiapkan diri keesokan hari, menyetel jam weker, bersiap-siap untuk sejenak memejamkan mata.

Dalam kondisi seperti ini, seorang Greg Risberg dari North Western University Medical School di Chicago mewarning para suami: jangan memeluk istrimu! Istri kurang membutuhkannya. Perempuan akan merasa terabaikan dan tidak dihargai bila diperlakukan demikian. Kecuali ketika para suami telah memberi pelukan di waktu-waktu lain pada hari itu.

Tubuh seseorang, mendapatkan kekuatan berlipat bila direspon pelukan tulus pasangannya. Pelukan, menurut Risberg minimal dilakukan empat kali dalam sehari, dan kesehatan serta daya tahan tubuh akan bertambah.

Semangat sang istri akan berlipat bila ia mendapatkan pelukan yang benar-benar tulus, penuh kasih, tanpa kebohongan, sebagai bentuk penghargaan dari apa yang telah dilakukannya terhadap keluarga sepanjang hari. Pelukan sang istri juga sebagai bentuk dukungan dan rasa syukur terhadap apa yang dilakukan suami untuk keluarga.

Perempuan yang saya sebutkan ini, entah istri dan ibu dari anak-anak siapa, memaknai betul semua itu. Sungguh, yang menjadikan dunia ini menjadi sangat teratur berkat kelembutan jemari para istri. Perekonomian menjadi stabil lantaran ketelitian para istri mengatur ekonomi keluarga.

Saya teringat sebuah dialog yang cukup menyentuh. Entah itu saya pernah baca atau tonton. Lupa persisnya. Digambarkan sang suami mendekai istrinya yang frustrasi lantaran teramat letih, sembari berkata, “Ingatlah, Ma, kamu harus melipatgandakan kesabaran karena tangan yang mengayunkan tempat tidur bayilah yang menguasai dunia. Tangan yang membelai dan mengusap lembut kepala putra-putrinyalah yang mengatur dunia.”

Sang istri memejamkan mata, meraih tangan suaminya, mengecupnya, sembari berkata, “Pa, ambillah kekuasaan itu sejenak. Ayunkanlah tempat tidur itu. Cukup sejenak.”

Template by : kendhin x-template.blogspot.com -Redesign by : ute - blognatugowa.blogspot.com